Jumat, 19 Mei 2023

Catatan Calon Guru Penggerak di akhir Mei 2023

Guru Perlu Memiliki Komunitas Yang Mendukung Pengembangan Dirinya

Catatan di sekolah memang seperti tidak ada habisnya. Satu guru dengan 36 murid, bisa jadi masalahnya tidak hanya 37, tetapi bisa sampai dua kali lipat. Nah, salah satu masalah yang saya hadapi adalah kurangnya keterlibatan murid. Syukurlah saya berkesempatan menikmati proses belajar dalam Program Pendidikan Guru Penggerak. Saat ini saya telah tiba pada modul terakhir. Nah, ini catatan saya minggu ini:

1.      Facts (peristiwa)

Tidak terasa, perjalanan sebagai CGP angkatan 7 sudah memasuki (sekitar) pekan ke 25 atau telah berjalan sekitar 6 bulan. Kami sudah masuk ke modul terakhir yaitu modul 3.3 yang berjudul  Pengelolaan Program Yang Berdampak Pada Murid. Setelah sebelumnya belajar tentang kepemimpinan diri dan mengelola asset, sekarang belajar menumbuhkan kepemimpinan pada diri murid. Ada beberapa insight yang menarik bagi saya. Antara lain terkait trisentra pendidikan yaitu sekolah, keluarga, dan masyarakat.

Sebagai wali kelas, saya menghadapi sekelompok murid yang berasal dari berbagai latar belakang keluarga. Ada yang berasal dari keluarga “Cemara” yang orang tuanya lengkap dan harmonis, namun ada pula yang tinggal hanya bersama ayah tiri, hanya bersama salah satu orang tua kandung, bahkan ada yang diasuh oleh keluarga, bahkan ada yang kos dan jauh dari orang tua. Saya menyadari besarnya peran lingkungan dalam membentuk anak menjadi pemimpin, setidaknya dalam memimpin dirinya sendiri.

2.      Feelings (perasaan)

Saya mencoba menerapkan teori-teori yang saya dapatkan dalam LMS. Saya berusaha mengatur agar di kelas yang saya ajar, murid mendapatkan sebanyak mungkin kesempatan memberikan peran. Saya mulai dari secara bergiliran murid memimpin doa, senam “Naik Delman”, diskusi dan presentasi individu maupun kelompok, hingga memberikan nilai saat teman-temannya presentasi. Keterlibatan siswa ini ternyata berdampak pada meningkatnya keaktifan mereka dalam pembelajaran. Ketepatan waktu pengumpulan tugas juga meningkat. Saya merasa telah menemukan salah satu bagian yang selama ini masih kurang dari kegiatan belajar yang saya laksanakan.

3.      Findings (pembelajaran)

Kegiatan belajar dengan tambahan keterlibatan dan kepemimpinan murid memberi saya pengetahuan baru bahwa semakin banyak murid terlibat, semakin banyak pula murid memiliki kegiatan belajarnya. Semoga juga akan meningkatkan pula pencapaian mereka dan berdampak baik di masa depannya nanti. Hal baru yang saya dapatkan adalah teknik melibatkan murid, antara lain dengan menanyakan kebutuhan belajar mereka dan memberikan kesempatan berperan dalam berbagai komponan kegiatan belajar.

4.      Future (penerapan)

Saya berencana menyebarkan temuan baru saya ini kepada rekan-rekan guru yang lain. Selain itu, saya perlu menambah lebih banyak lagi informasi dari berbagai sumber dan praktik baik orang lain, agar kegiatan belajar di kelas saya semakin variatif dan bermakna.


Minggu, 14 Mei 2023

Identifikasi Aset dan Kelola untuk Memajukan Pendidikan

Pembicaraan Antar Guru

Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan merupakan sebuah jalan dalam mengawali pengelolaan sekolah yang berpihak kepada murid. Seorang Pemimpin Pembelajaran harus dapat mengidentifikasi asset dan mengelolanya sehingga asset yang ada dapat digunakan secara maksimal untuk memfasilitasi kebutuhan belajar murid. Kemampuan mengidentifikasi dan mengelola asset tidak hanya dapat diimplementasikan di kelas dan seklah, namun juga dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk di lingkungan masyarakat sekitar sekolah. Pemimpin pembelajaran dapat mengelola asset yang dimiliki sekolah dengan cara tertentu dan dapat dipertanggungjawabkan, yang kebermanfaatannya tidak hanya dapat dinikmati warga sekolah, namun juga warga di sekitar sekolah.

Pada dasarnya ada 7 modal dasar di lingkup dunia pendidikan, yaitu modal manusia, social, politik, agama/budaya, fisik, lingkungan/alam, dan finansial. Ketujuh modal dasar tersebut dapat saja dimiliki sekolah secara tepat dan lengkap, namun bisa pula masih perlu banyak peningkatan. Namun pemimpin pembelajaran yang berpikir untuk memajukan komunitasnya dengan berbasis asset, ia akan menggunakan asset yang ada untuk kemajuan, bukan mengeluhkan apa yang tidak ada. Sebagai contoh, SMP Taman memiliki guru-guru berusia muda, ruang kelas dan pendanaan yang terbatas, jumlah siswa yang sedikit dan berasal dari keluarga kurang mampu, serta alumni yang terjun dalam dunia politik. Kepala sekolah melihat hal ini sebagai peluang, dengan merancang program sekolah berbasis IT. Kepala sekolah menyusun proposal mendapatkan bantuan computer dari pemerintah yang pengajuannya dibantu oleh alumni yang menjadi wakil rakyat. Guru-guru muda dimaksimalkan kemampuannya agar bisa mengajari siswa secara intensif sehingga siswa dapat menghasilkan produk berbasis digital dan belajar sehari-hari dengan metode blended learning.

 Contoh pada paragraph di atas menunjukkan bahwa pemimpin pembelajaran memiliki peran penting dalam mengidentifikasi asset dan mengelolanya untuk memenuhi kebutuhan belajar murid. Murid yang berasal dari keluarga kurang mampu seringkali minim akses terhadap teknologi. Bila kebutuhan ini dipenuhi, diharapkan semangat belajar dan kemampuan murid meningkat. Belajar dengan computer yang didukung internet memungkinkan pembelajaran dengan diferensiasi konten, proses, dan produk.

          Modul 3.2 menyadarkan saya bahwa sebagai guru masih sering memandang kondisi kelas dan sekolah dari sisi kekurangannya. Setelah belajar mengidentifikasi dan mengelola asset, terlihat bahwa sebenarnya kelas dan sekolah memiliki asset yang jika dikelola dengan baik tetap dapat memaksimalkan pelayanan kepada murid. Perubahan pada diri saya setelah belajar dari modul ini adalah lebih jeli dalam mengidentifikasi asset dan berpikir kreatif untuk mengelolanya dalam pelayanan kepada murid.

Jumat, 14 April 2023

Renungan Calon Guru Penggerak Angkatan 7 Tentang Pengambilan Keputusan Sebagai Seorang Pemimpin

 


Filosofi Ki Hajar Dewantara dalam dunia pendidikan yang dikenal dengan Pratap Triloka terdiri dari ing ngarso sung tulodho, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Filosofi ini memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin. Pemimpin yang menerapkan Pratap Triloka akan berusaha menjadi teladan yang baik bagi anak buahnya, membangun semangat tim, dan memberikan dorongan sesuai kebutuhan yang membuat tim semakin maju.

Selain kemauan menjadikan Pratap Triloka sebagai gaya hidup, nilai-nilai yang tertanam dalam diri seorang Pemimpin, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang digunakannya dalam pengambilan suatu keputusan. Nilai-nilai ini dibentuk sejak kecil dalam keluarga, masyarakat, dan pendidikan yang dilalui. Demikian lamanya nilai-nilai itu ditanamkan, banyak orang kemudian memandang perlakuan dan kebiasaan yang pernah didapatkan sebagai sebuah kebenaran. Akibatnya, dalam memutuskan sesuatu ia bercermin kepada nilai-nilai yang ada dalam dirinya. Tidak masalah saat nilai-nilai yang dianut seseorang itu sesuai dengan norma dan aturan di masyarakat. Bila terjadi sebaliknya, maka ada banyak friksi yang mungkin timbul.

Hal-hal di atas pernah saya pelajari saat masih mengajar di Yayasan Tamansiswa, namun terasa lebih sebagai teori dan filosofi tingkat tinggi yang tidak membumi.

Alhamdulillah. Tiba juga di modul 3 bagian pertama alias 3.1. Modul ini mengajak CGP mengkaji tentang Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan Seorang Pemimpin. Selain materi, dalam modul ini CGP diajak mengkaji beberapa kasus sebagai bahan mengukur sejauh mana pemahaman atas materi yang telah dipelajari. Selain itu, ada tugas dimana CGP mewawancara beberapa Kepala Sekolah terkait bagaimana seorang pemimpin mengambil keputusan, tantangan, serta pendukungnya. Nah, di sini saya menemukan koneksi antara teori Ketamansiswaan dengan kegiatan belajar di sekolah maupun dalam kehidupan dalam peran diri sebagai pendidik.

Tidak ada hal instan bila berhubungan dengan pengembangan diri. Demikian halnya dengan keterampilan seseorang sebagai pemimpin, termasuk Kepala Sekolah. Pendidikan yang merupakan proses menuntun anak agar mencapai kondisi well being haruslah menjadi tujuan akhir dari segala jenis keputusan yang diambil di sekolah. Kasus-kasus yang timbul di sekolah bisa jadi merupakan pertentangan antara benar dengan salah atau benar dengan benar. Pemimpin yang baik berani mengatakan sesuatu yang benar itu benar dan yang salah memang salah. Namun dalam pelaksanaan di lapangan, sikap tegas itu harus dibarengi dengan kebijaksanaan, sebab seringkali setiap keputusan berimbas kepada siswa, rekan kerja, lembaga, bahkan diri Pemimpin sendiri dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Akan lebih baik bila sebuah keputusan bisa menjadi solusi menang-menang bagi dua kepentingan yang berseberangan.

Materi-materi dalam modul ini tidak hanya memberikan pengetahuan baru bagi CGP, namun juga membuat CGP mengkaji ulang terkait bagaimana menyikapi sebuah kasus. Kasus yang pernah terjadi mungkin telah ditangani dengan keputusan yang benar, namun bila ada solusi yang lebih baik, semoga bila kelak di masa depan timbul kasus serupa akan dapat disikapi dengan lebih baik lagi. Tidak kalah penting, baik sebagai individu maupun Pemimpin, seseorang haruslah memiliki sikap dan menjunjung tinggi nilai-nilai kebajikan. Amanah sebagai pemimpin akan dipertanggungjawabkan tidak hanya di dunia, tetapi juga kelak setelah meninggal dunia. Keputusan yang diambil saat ini bisa saja menjadi dasar bagai berbagai keputusan di masa depan sehingga baik atau buruknya dapat berimbas panjang dan luas. Oleh karena itu, sangat penting mempertimbangkan dengan matang agar lembaga tetap kuat dan berumur panjang, menghasilkan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman bagi perkembangan semua orang menuju lingkungan belajar yang maju.

Pengambilan keputusan ternyata juga berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah diambil. Coaching yang baik tidak menghakimi seseorang, namun malah membantu menemukan kelebihan diri dan menggali alternatif solusi sebuah masalah dari coachee itu sendiri. Dalam pengambilan keputusan, proses coaching dapat membantu coachee dalam mengkaji apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif? Bilakah keputusan yang diambil itu masih menyisakan pertanyaan-pertanyaan dalam diri atas pengambilan keputusan tersebut? 

Saat guru menghadapi masalah dilema etika, kemampuannya dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosional akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika. Guru yang mampu mengelola dan menyadari aspek sosial emosional lawan bicara atau dirinya sendiri akan lebih mampu menempatkan diri dan menimbang solusi sebuah kasus dari berbagai sudut pandang.

Di kelas, guru seringkali harus mengambil keputusan terkait pembelajaran agar bisa memerdekakan murid serta dapat memfasilitasi potensi murid yang bisa jadi berbeda-beda. Guru dapat mempertimbangkan berbagai factor pendukung dan tantangan untuk mengambil keputusan terkait pelajaran di kelasnya. Bagaimanapun, yang berhadapan langsung dengan murid adalah guru. Guru mengenal kebutuhan murid dan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan belajar murid-muridnya dengan keputusan yang tepat terkait pembelajaran. Terkadang, bisa jadi keputusan terkait pembelajaran ini belum tepat atau masih membutuhkan perbaikan di sana-sini. Tidak masalah karena memang tidak ada yang sempurna di dunia ini. Guru bisa terus belajar dan memperbaiki diri serta kualitas pembelajarannya. Jam terbang akan memberi guru banyak pengalaman dan pelajaran, sehingga diharapkan dengan pengembangan diri terus menerus, guru akan semakin baik dari waktu ke waktu.

Saya akan menutup tulisan hari ini dengan sebuah quote:

“Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik”(Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best). ~Bob Talbert


Tulisan ini adalah duplikasi dari blog saya yang lain: http://www.agustinadewi.com/2023/04/yu-menggali-lebih-dalam-tentang.html